Oleh
: Denaya Artamevia NS
Setiap
tahun kerak luar bumi bergetar sekitar satu juta kali. Getaran-getaran tersebut
dapat diukur dengan peralatan seismograf. Diantara getaran-getaran tersebut ada
yang menimbulkan getaran yang lemah, bahkan tidak terasa sama sekali sampai
yang sangat kuat, yang dapat memakan korban. Gempa bumi merambat melalui
getaran keseluruh permukaan bumi, akan tetapi menjadi berbahaya disekitar pusat
gempa. Daerah yang paling rawan adalah yang mengalami pergeseran lempeng
tektonik.
Beberapa
hari yang lalu, sebuah musibah menimpa saudara kita yang berada di Taiwan.
Gempa yang berkekuatan hingga 6,4 sr menyerang secara tiba-tiba dan membuat
beberapa gedung ambruk serta melukai bahkan menewaskan beberapa orang. Salah satu
bangunan yang menjadi sorotan pasca terjadinya gempa yaitu suatu bangunan
setinggi 17 lantai yang berada di kota Tainan. Telah terkuak bahwa salah satu
penyebab ambruknya bangunan tersebut adalah ketidaksesuaian bangunan tersebut
dengan standar bangunan yang seharusnya. Bayangkan saja, ternyata didalam
fondasi beton yang seharusnya diisi dengan murni material beton, malah diisi
dengan banyak sekali kaleng minyak. Di mana, kaleng minyak tadi digunakan dan
disusun rapi agar dapat menghemat atau mengurangi pemakaian beton itu sendiri.
Gempa
bukan bencana yang mematikan, tetapi bangunan buruklah yang membunuh manusia.
Pada daerah-daerah yang rawan gempa untuk menghindari banyaknya korban yang
berjatuhan saat gempa terjadi, maka sebaiknya dibangun bangunan-bangunan yang
tahan gempa. Konsep hunian tahan gempa sendiri adalah bangunan yang dapat
bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas
untuk meredam getaran
            Untuk
itu dalam pelaksanaan pembangunan bangunan yang tahan gempa, perlu diperhatikan
beberapa prinsip:
1.                 
Pondasi
Pondasi
bangunan yang baik haruslah kokoh dalam menyokong beban dan tahan terhadap
perubahan termasuk getaran. Pada dasarnya fondasi yang baik adalah seimbang
atau simetris. Dan untuk pondasi yang berdekatan harus dipisah, untuk mencegah
terjadinya keruntuhan local (Local Shear).
Di
Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong konsep revolusioner
untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini memiliki fleksibilitas
tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh. Struktur utama rumah tahan
gempa ini tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang memanjang di bawah
dinding rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di setiap sudut rumah. Konsepnya
mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa yang dibuat dari kayu. Dengan
penopang semacam ini, saat terjadi gempa, relatif bisa fleksibel.

2.                 
Desain
Kolom
Kolom
harus menggunakan kolom menerus. Pada bangunan tinggi seringkali unsur vertikal
struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear wall).
3.                 
Desain Bangunan
Bentuk
denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan untuk menghindari
terjadinya dilatasi (perputaran atau pergerakan) bangunan saat gempa.
4.                 
Bahan bangunan diusahakan seringan
mungkin.
5.                 
Struktur Atap.
Denah
bangunan dengan pengaku horizontal (bracing) akan lebih kuat.
6.                 
Konsep Desain Kapasitas
Konsep
Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas elemen- elemen
struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat
berperilaku elastik. Salah satunya adalah dengan konsep “strong column weak
beam”. Dengan metode ini, bila suatu saat terjadi goncangan yang besar akibat
gempa, kolom bangunan di desain akan tetap bertahan, sehingga orang- orang yang
berada dalam Gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri sebelum
Bangunan roboh seketika.
Salah  satu penyebab lain yang mengakibatkan
hancurnya sebuah bangunan adalah akibat soft-story. Dimana suatu lantai yang
berada pada bangunan bertingkat mempunyai ketahanan yang lunak dan berbeda dari
lantai-lantai lainnya.
Sumber :
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments