Penerapan Konsep Zero Waste pada Kegiatan Konstruksi, Mungkinkah?

oleh : Hakan Malika Anshafa

Keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi isu penting dalam proyek konstruksi. Bukan hanya menggunakan bahan ramah lingkungan, tetapi metode pembangunan juga menjadi fokus utama demi memastikan bahwa hanya sedikit limbah yang terbuang dari proses selama konstruksi. Limbah konstruksi yang dimaksud di sini yaitu termasuk limbah konstruksi dan pembongkaran atau construction and demolition (C&D). Jumlah yang dihasilkan dari aktivitas C&D cenderung sangat tinggi. Misalnya, pada tahun 2016 di Inggris, total limbah yang dihasilkan oleh aktivitas ini mencapai 63% dari total limbah. Sementara itu, di AS hampir 2.5 kali limbah kota yang dihasilkan. Lalu, bagaimana mewujudkan aktivitas konstruksi yang lebih ramah lingkungan?

Beberapa tahun belakangan ini, mulai dikenalkan sebuah gerakan yang bernama zero waste. Zero waste adalah filosofi gaya hidup yang mendorong penggunaan ulang dan pemulihan produk secara optimal. Dengan kata lain, zero waste dapat diartikan sebagai konservasi sumber daya melalui proses produksi, konsumsi, pengemasan tanpa pembakaran serta tanpa pembuangan limbah ke tanah, air, atau udara yang dapat mengancam lingkungan dan kesehatan manusia. Tujuannya adalah mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah sehingga dapat menjaga sumber daya dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

Untuk menerapkan konsep zero waste dalam bidang konstruksi ini, EPA (Environmental Protection Agency) mempunyai strategi untuk mengelola limbah C&D melalui empat langkah, yaitu reduce, reuse, recycle, dan rebuy.

Reduce, yaitu dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya sejak awal proyek konstruksi. Perusahaan konstruksi dapat memastikan bahan material tidak berakhir di aliran limbah, dapat dengan menggunakan metode konstruksi yang memungkinkan bahan digunakan di bangunan baru nanti. Selain itu, perusahaan konstruksi perlu mengevaluasi semua yang masuk ke dalam proyek untuk memastikan tidak berkontribusi pada pemborosan.

Reuse, yaitu dengan menggunakan kembali bahan hasil C&D seperti puing-puing bangunan.  Reuse tidak selalu menggunakan setiap komponen struktur yang ada untuk digunakan, tetapi bisa juga menjual kembali komponen tersebut. Misalkan, kontraktor umum mempunyai pipa PVC sepanjang 100 meter, ia dapat mempostingnya ke situs web untuk mencari pembeli, alih-alih membuang ke TPA.

Recycle, yaitu dengan mendaur ulang bahan material seperti aspal, beton, kayu, dan logam. Agar material dapat didaur ulang, harus dipastikan bahwa ada tempat sampah terpisah dan tempat sampah kompos di berbagai lokasi, sehingga material yang akan didaur ulang tidak terkontaminasi.

Rebuy, yaitu dengan membeli bahan C&D dan material daur ulang secara lokal untuk digunakan dalam konstruksi. Tidak hanya menghemat biaya dengan tetap mempertahankan fungsi dan kinerja, kegiatan ini juga mendukung ekonomi lokal serta tentu saja mengurangi limbah yang dibuang.

Sumber:

https://blog.bluebeam.com/zero-waste-in-construction/

https://blog.allplan.com/en/achieving-zero-waste-in-construction

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments