Metode Perkuatan Lereng

Ferdy Achmad Daffizky

Lereng adalah pemukaan bumi/tanah yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk oleh proses alamiah (Lereng Alam) atau atas rekayasa manusia (Lereng Buatan). Kondisi lereng yang tidak stabil dapat mengakibatkan berbagai risiko kerusakan, kecelakaan, dan kehilangan nyawa. Oleh karena itu, perkuatan lereng menjadi hal yang penting dalam memastikan keamanan dan stabilitas struktur. Metode yang digunakan dalam perkuatan lereng dapat dilakukan dengan berbagai cara berdasarkan pada kondisi tanah,kemiringan lereng, dan beban yang ada. Berikut beberapa metode yang umum digunakan:

  1. Pasak Tanah (Soil Nailing)
Sumber : https://www.cforcivil.com/soil-nailing-construction-techniques/

Pasak Tanah (Soil Nailing) adalah perkuatan tanah in-situ dengan cara memasukan perkuatan yang memiliki ukuran relatif kecil (biasanya besi beton) dengan spasi yang dekat ke massa tanah. Metode ini digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas lereng serta untuk memperbaiki lereng yang sudah rusak akibat tanah longsor dan likuifaksi.

Proses pemasangan pasak tanah dilakukan dengan membuat lubang dengan bor. Lubang bor dibersihkan dari sisa material tanah lepas dengan menggunakan air dengan pompa maupun angin. Kemudian, memasukan batang baja atau fiberglass yang telah dilapisi semen ke dalam lubang bor tersebut. Lalu, di bagian sekitar batang baja dilakukan grouting (pengisian semen) untuk membentuk perkuatan.

Keuntungan dari metode soil nailing adalah dapat diterapkan pada lereng dengan kemiringan yang curam, dinding pasak tanah lebih fleksibel terhadap penurunan, dan luas area yang dibutuhkan dalam masa konstruksi lebih sehingga cocok untuk pekerjaan area terbatas.

Namun, metode soil nailing juga memiliki beberapa kekurangan, seperti tidak cocok untuk daerah dengan muka air tanah tinggi, pelaksanaan konstruksi yang lebih sulit sehingga membutuhkan kontraktor ahli.

  • Kolom Batu (Stone Column)
Sumber : http://www.rekakarya.com/projects/project-zeta/

Stone Column merupakan strutur vertical yang terbuat dari material alami maupun buatan seperti kerikil dan kerakal yang tertanam dalam tanah untuk meningkatkan daya dukung tanah dan mengurangi penurunan tanah.

Proses pemasangan stone column dimulai dengan membuat lubang di tanah dan diisi dengan material yang disediakan. Material yang ada seperti batu dan bahan pengikat akan dipadatkan untuk membentuk kolom batu. Spasi antara kolom batu dan diameter dari stone column dapat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan kebutuhan perbaikan tanah.

Keuntungan dari penggunaan stone column di lereng yaitu  efektif untuk perbaikan tanah pada area yang luas dan membutuhkan daya dukung yang cukup besar. Selain itu, stone columns dapat dipasang dengan cepat dan mudah, terutama dengan menggunakan metode vibro-replacement. Sedangkan kekurangannya adalah terbatas pada jenis tertentu,tidak cocok pada tanah dengan kedalaman yang sangat dalam,dan biaya yang dibutuhkan relative mahal.

  • Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Sumber : https://tutorteknik.com

Retaining wall adalah konstruksi berupa dinding yang digunakan untuk menahan tanah yang lebih tinggi agar tidak bergeser atau longsor. Retaining wall digunakan biasa digunakan pada proyek konstruksi seperti jalan raya,perumahan, dan taman. Material yang biasa digunakan yaitu beton, batu bata, kayu, dan gabion atau bronjong. Ada beberapa jenis dinding penahan tanah, seperti gravity retaining wall, cantilever retaining wall, dan anchored retaining wall.

Proses pembuatan retaining wall dimulai dengan menentukan lokasi proyek dan ukuran dinding penahan tanah yang akan dibuat. Selanjutnya, dilakukan penggalian tanah untuk membuat pondasi yang menopang dinding penahan tanah. Setelah itu, dilakukan pemasangan geosintetik sebagai lapisan pelindung dan pengikat antara tanah dan dinding penahan tanah. Kemudian, dilakukan pemasangan batu bata atau beton sebagai material utama untuk membuat dinding penahan tanah.

Kelebihan dari retaining wall adalah dapat menahan tekanan tanah aktif serta tekanan air dan beban-beban lain yang bekerja pada dinding penahan tanah, dapat menahan tanah pada lereng yang terjal atau memiliki perbedaan tinggi yang signifikan, dan cocok pada berbagai kondisi tanah dengan gaya dorong yang besar. Namun, memerlukan biaya yang relatif mahal, memerlukan area yang cukup luas, dan memerlukan perawatan secara berkala.  

Daftar Pustaka :

Riyaz, A. (2023) Soil Nailing, CforCivil. Available at: https://www.cforcivil.com/soil-nailing-construction-techniques/ (Accessed: May 6, 2023).

Admin (2022) Perkuatan Lereng Dengan soil nailing – PT arcon radian abadi, Arcon. Available at: https://arcon.id/soil-nailing/ (Accessed: May 6, 2023).

Team, G. (2022) Retaining wall: Fungsi Dan Cara pembuatannya – geosinindo, Tetrasa Geosinindo. Tetrasa Geosinindo. Available at: https://www.geosinindo.co.id/post/retaining-wall-adalah-dinding-anti-longsor-kenali-fungsi-dan-cara-pembuatannya (Accessed: May 6, 2023).

Listiyanti, C., Setiyarto, Y.D. and Meiwa, S. (2022) “Analisis metode Perbaikan Stone column di tanah Pasir Lepas Pada zona potensi LIKUIFAKSI,” CRANE: Civil Engineering Research Journal, 3(2), pp. 17–26. Available at: https://doi.org/10.34010/crane.v3i2.8242.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT (1992) Laporan penelitian : “PERILAKU STONE COLUMN,” https://simantu.pu.go.id/. Available at: https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/adminkms/post/20200806104717__F__124_1992_Laporan_penelitian_perilaku_stone_column.pdf (Accessed: May 6, 2023).

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, K.P.U.P.R. (no date) Pengertian Lereng dan Longsoran, SIMANTU. Available at: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/98868_Modul_1_Pengertian_Lereng_dan_Longsoran.pdf (Accessed: May 6, 2023).

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments