Oleh : Anita Fajar Suparwati

Jepang adalah negara yang sering mengalami gempa bumi. Saat gempa bumi dengan kekuatan besar terjadi, tidak sedikit bangunan yang mengalami kerusakan parah mulai dari rumah penduduk hingga gedung-gedung tinggi. Berdasarkan data yang dilaporkan Badan Meteorologi Jepang, tercatat sekitar 5.000 gempa bumi kecil yang terjadi setiap tahunnya. Kekuatannya pun bervariasi mulai dari magnitude sebesar 3,0 hingga 5,0. Gempa bumi terbesar terjadi pada tahun 2011 dengan magnitude sebesar 9,1. Pada gempa tersebut terdapat 15.899 orang yang dilaporkan tewas serta tidak sedikit bangunan dan rumah warga yang mengalami kerusakan. Akan tetapi, kerusakan bangunan yang terjadi di Jepang saat itu tidak separah yang dibayangkan karena Jepang sudah menerapkan konsep bangunan yang tahan terhadap gempa.

Dalam konstruksi bangunan di Jepang, ada tiga prinsip konstruksi agar bangunan lebih tahan terhadap gempa. Prinsip konstruksi gempa tersebut, antara lain adalah struktur dengan sistem antiseismik, redaman, dan struktur seismik terisolasi. Pada struktur antiseismik terdapat beberapa elemen yang memberikan kekuatan bangunan terhadap guncangan gempa. Sementara dengan sistem redaman, struktur bangunan dirancang untuk menyerap energi seismik dari gempa. Penyerapan yang efisien dipastikan dengan penggunaan bahan viskoelastik yang memiliki karakteristik penyerapan energi tinggi. Dalam struktur seismik terisolasi, lapisan yang digunakan berupa sebuah lapisan bantalan atau peredam. Lapisan tersebut dapat berupa blok karet dengan ketebalan sekitar 30-50 cm untuk mengisolasi yang dimasukkan di antara tanah dan struktur sehingga mampu mengurangi efek getaran pada tanah. Dengan adanya bantalan atau peredam tersebut akan mengakibatkan bangunan tinggi dapat menahan guncangan terhadap gempa dan apabila kolom bangunan turun ke fondasi maka akan tetap berada di atas bantalan tersebut.

Parameter-parameter struktur bangunan yang bisa dikelola dalam gempa antara lain adalah massa, redaman, serta kekuan pada struktur bangunan tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan agar gedung tidak ambruk ketika terjadi gempa dan tercapai keseimbangan struktur adalah dengan mengurangi massa pada struktur bangunan tersebut, memberikan redaman dan kekakuan pada bangunan. Dilansir dari University of Tokyo, Mikio Koshihara, mengatakan bahwa selama bertahun-tahun masyarakat di Jepang sudah menggunakan bangunan yang berasal dari kayu. Struktur kayu diyakini fleksibel dan tahan terhadap gempa sampai batas tertentu. Struktur kayu memiliki massa yang relatif ringan. Berbeda dengan di Indonesia, banyak bangunan yang terbuat dari batu bata sehingga apabila terjadi gempa akan rawan mengalami kerusakan. Hal ini dikarenakan massa batu bata sendiri yang besar sementara redamannya tidak ada (getas) sehingga kekauannya juga akan kecil karena tidak adanya redaman.

Daftar Pustaka :

Setyawan, H., 2022. Tempo.co [Online]

Available at: https://tekno.tempo.co/read/1572440/ini-rahasia-bangunan-di-jepang-bisa-tahan-gempa/full&view=ok

[Diakses 18 April 2022]

Lukyani, L., 2022. Kompas.com [Online]

Available at: https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/16/140200823/mengenal-bangunan-tahan-gempa-di-jepang?page=all

[Diakses 18 April 2022]

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments