Blue-Green Infrastructure (BGI)
oleh: Aisyah Faradina Rahmawati
Semakin parahnya perubahan iklim dan degradasi lingkungan (terutama dalam hal sumberdaya air) menjadi urgensi terbesar untuk mengubah konsep Grey Infrastructure di Indonesia menjadi bangunan berbasis Blue-Green Infrastructure. Grey Infrastructure memiliki konsep pembangunan infrastruktur yang lebih mengacu pada rencana pengolahan air limbah hasil rekayasa manusia (mencakup waduk, saluran pipa semen, dan instalasi drainase lainnya). Disebabkan karena lebih berfokus pada pengumpulan limpasan air hujan, ketergantungan terhadap Grey Infrastructure menimbulkan berbagai dampak negatif yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas air, seperti mengendapnya racun dan berkembangbiaknya bakteri di sekitar saluran air perkotaan yang menyebabkan rusaknya habitat air.
Blue-green infrastructure merupakan salah satu pendekatan yang dipilih banyak perkotaan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan degradasi lingkungan tersebut. Konsep ini memberikan banyak manfaat kepada masyarakat yaitu terciptanya sistem regulasi air yang efisien, menurunkan suhu lingkungan, serta meningkatkan kualitas udara. Namun, di beberapa perkotaan, konsep blue-green infrastructure ini lebih berfokus kepada ketahanan banjir serta pemulihan kesehatan ekosistem. Beberapa alternatif yang ditawarkan, antara lain: taman air, atap hijau, dan sengkedan. Salah satu perwujudan dari konsep blue-green infrastructure ini adalah sustainable drainage systems (SuDS).
Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah mengaplikasikan konsep blue-green infrastructure guna mengurangi risiko banjir di perkotaan. Pengaplikasian ini kerap dikenal dengan sebutan BuGIS (blue-green infrastructure in Semarang). Beberapa aplikasi yang dipilih antara lain pembuatan kolam retensi (retention pond), pemanenan air hujan (rainwater harvesting), lubang biopori (biopore hole), permeable pavement, danau buatan (artificial lakes), atap hijau (green roofs), dan sengkedan (swales). Meskipun belum maksimal, setidaknya pengaplikasian ini cukup mengurangi risiko terjadinya banjir di Kota Semarang.
Selain mengurangi risiko banjir, penerapan blue-green infrastructure juga memberikan banyak dampak baik bagi ekosistem di Kota Semarang seperti menambah estetika perkotaan serta membantu menurunkan suhu di Kota Semarang yang sangat tinggi itu. Penerapan blue-green Infrastructure seharusnya diterapkan tidak hanya di Kota Semarang, tetapi di seluruh wilayah Indonesia. Namun, tentu saja dalam pengaplikasiannya diperlukan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Referensi:
https://bugis.lboro.ac.uk/wp-content/uploads/2019/05/BuGIS-summary-and-action.pdf
https://theconstructor.org/sustainability/blue-green-infrastructure/555236/